Istana Inspirasi (Edisi 1 April 2012)

Assalamu’alaikum, Minggu 1 April 2012 FLP untuk yang kesekian kalinya, mengadakan Istana Inspirasi, yang dikhususkan untuk AB3. Istana Inspirasi juga, merupakan bentuk kesungguhan para calon anggota apakah sungguh-sungguh ingin berada di FLP.

Hari Minggu tepatnya di ruas halaman STAIN Metro yang berumput, kami mengadakan kajian sastra. Saat itu diisi dengan materi cerita anak. Untuk bisa mendapatkan materinya bisa download di bawah ini:

CERITA ANAK(materi)new

Sebelum masuk inti, seperti biasa Kak Suwanda (Ketua Cabang) memberikan sekapur sirih untuk para peserta. Setelah itu pemateri tampak baru datang. Kemudian, segera menyampaikan materi berupa cerita anak. Mudah-mudahan berkenan. Dihadiri 9 orang AB3 (calon anggota FLP) tiga pria, enam wanita. Sisanya pengurus FLP.

Setelah materi, para AB3 diberi tugas untuk membuat cerita anak dalam waktu yang telah ditentukan. Bahasa tubuh mereka lucu, ketika menangkap seruan untuk membuat cerita anak. Bukan tidak mungkin mereka bisa membuat, hanya perlu untuk mencoba mendobrak tembok-tembok pembatas saja. Tanggapan merekapun unik-unik. Teringat ada yang ingin mencari inspirasi di dalam wc, hehe tapi sepertinya hanya bercanda ^^v.

Kemudian mereka ambil posisi masing-masing.

Cerita-cerita yang mereka buat cukup menarik dan menggelitik, walau belum semuanya selesai. Tapi cukup apresiasi dengan dua orang yang sudah mampu menyelesaikan. Seorang AB3 dan Bu bendahara^^. (Kasih applause…!)

Untuk closing-nya kami mencoba untuk sedikit ice breaking dengan ‘tepuk semangat’! (Ini oleh-oleh dari Muswil FLP di B. Lampung beberapa waktu lalu).

Semoga semangat deh!! ^_^/

Yang ini maaf ya ada yang ndak ada gambarnya… ^^v

NB: Buat semua AB3 tanpa terkecuali baik yang hadir maupun tidak untuk mengirimkan tugas membuat cerita anak, dengan ketentuan:

1. 3 halaman (pass)

2. Tema bebas

3. Deadline 12 April 2012 pukul 00.00 WIB

4. Margin default

5. A4, TNR

6. Font 12 dengan spasi 1,5

7. File dilampirkan tidak dicopas di badan email

8. Lalu kirim ke divpenflpmetro@gmail.com

9. Setelah itu konfirmasi via sms ke 08975475127 (divisi penerbitan).

Demikian, semoga bermanfaat salam dari kami untuk AB3! Wassalamu’alaikum wr wb… 🙂

Created by : Divisi Penerbitan

Penulisan kata (EYD)

Penulisan kata

Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata.

  1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
  2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)
    1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola [1].
    2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi
    3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.
    4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara.
    5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia.
  3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah).
  4. Gabungan kata atau kata majemuk
    1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola.
    2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya.
    3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian Gabungan kata yang ditulis serangkai.
  5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu, miliknya.
  6. Kata depan atau preposisi (di [1], ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
  7. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil.
  8. Partikel
    1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah.
    2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun.
    3. Partikel per- yang berarti “mulai”, “demi”, dan “tiap” ditulis terpisah. Contoh: per 1 April, per helai.
  9. Singkatan dan akronim. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan singkatan dan akronim.
  10. Angka dan bilangan. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan tanggal dan angka.

Kata turunan

Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan kata yang ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi tambahan untuk melengkapi aturan tersebut.

Jenis imbuhan

Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:

  1. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
    1. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se-
    2. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya
  2. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
    1. ber-an dan ber-i
    2. di-kan dan di-i
    3. diper-kan dan diper-i
    4. ke-an dan ke-i
    5. me-kan dan me-i
    6. memper-kan dan memper-i
    7. pe-an dan pe-i
    8. per-an dan per-i
    9. se-nya
    10. ter-kan dan ter-i
  3. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
    1. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita.
    2. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.

[sunting] Awalan me-

Pembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:

  1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh → meluluh, me- + makan → memakan.
  2. me-mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- + baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas + i → memfasilitasi.
  3. me-men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- + datang → mendatang, me- + tiup → meniup*.
  4. me-meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h. Contoh: me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias → menghias.
  5. me-menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom → mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.
  6. me-meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*.

Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus:

  1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu → menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira.
  2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me- + klarifikasi → mengklarifikasi.
  3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara sempurna. Contoh: me- + konversi → mengkonversi.

[sunting] Aturan khusus

Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu:

  1. ber- + kerja → bekerja (huruf r dihilangkan)
  2. ber- + ajar → belajar (huruf r digantikan l)
  3. pe + perkosa → pemerkosa (huruf p luluh menjadi m)
  4. pe + perhati → pemerhati (huruf p luluh menjadi m)

Konsensus penggunaan kata

Tiongkok dan tionghoa

Cina adalah bentuk dan penggunaan baku menurut KBBI. Ada imbauan untuk menghindari kata ini atas pertimbangan kesensitifan penafsiran. Sebagai alternatifnya diusulkan menggunakan kata “China”. Ini sebuah argumen yang tidak bisa dideskripsikan dan dijelaskan secara ilmiah bahasa, apalagi bunyi ujaran “China” – “Cina” adalah hampir sama (China dibaca dengan ejaan Inggris). Padanan untuk kata Cina yaitu Tiongkok (negara), Tionghoa (bahasa dan orang).

Mayat dan mati

  • mati: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata wafat, meninggal, gugur, atau tewas (tergantung konteks).
  • mayat: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata jasad atau jenazah.

Pranala ke situs luar

Sebisa mungkin hindari penggunaan kalimat seperti “Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi situs ini.” pada artikel yang belum lengkap. Sebaiknya pranala ke situs tersebut dimasukkan ke bagian Pranala luar dan menambahkan Templat:Stub dengan mengetik:

{{stub}}

atau

{{rintisan}}

di bagian akhir artikel.

Penggunaan “di mana” sebagai penghubung dua klausa

Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia TIDAK mengenal bentuk “di mana” (padanan dalam bahasa Inggris adalah “who”, “whom”, “which”, atau “where”) atau variasinya (“dalam mana”, dengan mana”, dan sebagainya). Penggunaan “di mana” sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata “yang” sebagai kata penghubung untuk kepentingan itu dan penggunaannya pun terbatas. Dengan demikian, HINDARI PENGGUNAAN BENTUK “DI MANA”, apalagi “dimana”, termasuk dalam penulisan keterangan rumus matematika. Sebenarnya selalu dapat dicari struktur yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia.

Contoh-contoh:
(1) Dari artikel Kantin: … kantine adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum di mana para pengunjung dapat makan … .

  • Usul perbaikan: … kantine adalah sebuah ruangan di dalam sebuah gedung umum yang dapat digunakan (oleh) pengunjungnya untuk makan … .

(2) Dari artikel Tegangan permukaan: Teganganpermukaan = F / L dimana :

F = gaya (newton)
L = panjang m).[sic]
  • Usul perbaikan: Apabila F = gaya (newton) dan L = panjang (m), tegangan permukaan S dapat ditulis sebagai S = F / L.
Di sini tampak bahwa “apabila” menggantikan posisi “di mana” (ditulis di kalimat asli sebagai “dimana”).

(3) Dari kalimat bahasa Inggris: Land which is to be planted only with rice … .

  • Usul terjemahan: Lahan yang akan ditanami padi saja … .

Contoh-contoh lain silakan ditambahkan.

Kata penghubung “sedangkan”

Kesalahan penggunaan kata penghubung yang juga sering kali terjadi adalah yang melibatkan kata “sedangkan”. “Sedangkan” adalah kata penghubung dua klausa berderajat sama, sama seperti “dan”, “atau”, serta “sementara”. Dengan demikian secara tata bahasa ia TIDAK PERNAH bisa mengawali suatu kalimat (tentu saja lain halnya dalam susastra!). Namun justru di sini sering terjadi kesalahan dalam penggunaannya. “Sedangkan” digunakan untuk mengawali kalimat, padahal untuk posisi itu dapat dipakai kata “sementara itu”.

Contoh: Dari harian Jawa Pos:

“Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini, 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sedangkan jumlah total TPS se-Banten ada 12.849.”

Usulan perbaikan 1:

“Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap) sedangkan jumlah total TPS se-Banten ada 12.849.”

Usulan perbaikan 2:

“Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sementara itu, jumlah total TPS se-Banten ada 12.849.”

Daftar kata

Untuk daftar yang lebih lengkap, lihat pula halaman utamanya.

Gabungan kata yang ditulis serangkai

  1. acapkali
  2. adakalanya
  3. akhirulkalam
  4. alhamdulillah
  5. astagfirullah
  6. bagaimana
  7. barangkali
  8. bilamana
  9. bismillah
  10. beasiswa
  11. belasungkawa
  12. bumiputra
  13. daripada
  14. darmabakti
  15. darmasiswa
  16. dukacita
  17. halalbihalal
  18. hulubalang
  19. kacamata
  20. kasatmata
  21. kepada
  22. keratabasa
  23. kilometer
  24. manakala
  25. manasuka
  26. mangkubumi
  27. matahari
  28. olahraga
  29. padahal
  30. paramasastra
  31. peribahasa
  32. puspawarna
  33. radioaktif
  34. sastramarga
  35. saputangan
  36. saripati
  37. seringkali
  38. sebagaimana
  39. sediakala
  40. segitiga
  41. sekalipun
  42. silaturahmi
  43. sukacita
  44. sukarela
  45. sukaria
  46. syahbandar
  47. titimangsa
  48. wasalam

Kata yang sering salah dieja

Daftar ini disusun menurut urutan abjad. Kata pertama adalah kata baku menurut KBBI (kecuali ada keterangan lain) dan dianjurkan digunakan, sedangkan kata-kata selanjutnya adalah variasi ejaan lain yang kadang-kadang juga digunakan.

  1. aktif, aktip
  2. aktivitas, aktifitas
  3. Alquran, al-Qur’an, Al-Qur’an, al Qur’an, Al Qur’an (maupun tanpa [‘])
  4. analisis, analisa
  5. Anda, anda
  6. apotek, apotik (ingat: apoteker, bukan apotiker)
  7. asas, azas
  8. atlet, atlit (ingat: atletik, bukan atlitik)
  9. bus, bis
  10. besok, esok
  11. diagnosis, diagnosa
  12. Ekstrakurikuler, ekstrakulikuler
  13. ekstrem, ekstrim
  14. embus, hembus
  15. Februari, Pebruari
  16. frekuensi, frekwensi
  17. foto, photo
  18. gladi, geladi
  19. hierarki, hirarki
  20. hipnosis (nomina), menghipnosis (verba), hipnotis (adjektiva)
  21. ibu kota, ibukota
  22. ijazah, ijasah
  23. imbau, himbau
  24. indera, indra
  25. inderagiri, indragiri
  26. istri, isteri
  27. izin, ijin
  28. jadwal, jadual
  29. jenderal, jendral
  30. Jumat, Jum’at
  31. kacamata, kaca mata
  32. kanker, kangker
  33. karier, karir
  34. Katolik, Katholik
  35. kendaraan, kenderaan
  36. komoditas, komoditi [2][3]
  37. komplet, komplit
  38. konkret, konkrit, kongkrit
  39. kosa kata, kosakata
  40. kualitas, kwalitas, kwalitet [2]
  41. kuantitas, kwantitas [2]
  42. kuitansi, kwitansi
  43. kuno, kuna [4]
  44. lokakarya, loka karya
  45. maaf, ma’af
  46. makhluk, mahluk, mahkluk (salah satu yang paling sering salah)
  47. mazhab, mahzab
  48. metode, metoda
  49. mungkir, pungkir (Ingat!)
  50. nakhoda, nahkoda, nakoda
  51. napas, nafas
  52. narasumber, nara sumber (berlaku juga untuk kata belakang lain)
  53. nasihat, nasehat
  54. negatif, negatip (juga kata-kata lainnya yang serupa)
  55. November, Nopember
  56. objek, obyek
  57. objektif, obyektif/p
  58. olahraga, olah raga
  59. orang tua, orangtua
  60. paham, faham
  61. persen, prosen
  62. pelepasan, penglepasan
  63. penglihatan, pelihatan; pengecualian
  64. permukiman, pemukiman
  65. perumahan, pengrumahan; baik untuk arti housing maupun PHK
  66. pikir, fikir
  67. Prancis, Perancis [5]
  68. praktik, praktek (Ingat: praktikum, bukan praktekum)
  69. provinsi, propinsi
  70. putra, putera
  71. putri, puteri
  72. realitas, realita
  73. risiko, resiko
  74. saksama, seksama (Ingat!)
  75. samudra, samudera
  76. sangsi (=ragu-ragu), sanksi (=konsekuensi atas perilaku yang tidak benar, salah)
  77. saraf, syaraf
  78. sarat (=penuh), syarat (=kondisi yang harus dipenuhi)
  79. sekadar, sekedar
  80. sekretaris, sekertaris
  81. sekuriti, sekuritas [2]
  82. segitiga, segi tiga
  83. selebritas, selebriti
  84. sepak bola, sepakbola
  85. silakan, silahkan (Ingat!)
  86. sintesis, sintesa
  87. sistem, sistim
  88. surga, sorga, syurga
  89. subjek, subyek
  90. subjektif, subyektif/p
  91. Sumatra, Sumatera
  92. standar, standard
  93. standardisasi, standarisasi [6]
  94. tanda tangan, tandatangan
  95. takhta, tahta
  96. teknik, tehnik
  97. telepon, tel(f/p)on, telefon, tilpon
  98. teoretis, teoritis (diserap dari: theoretical)
  99. terampil, trampil
  100. ubah (=mengganti), rubah (=serigala)
  101. utang, hutang (Ingat: piutang, bukan pihutang)
  102. walikota, wali kota
  103. Yogyakarta, Jogjakarta
  104. zaman, jaman

  1. ^ a b di dapat juga berfungsi baik sebagai imbuhan yang harus dirangkai penulisannya maupun kata depan yang harus dipisah penulisannya. Kesalahan penulisan di merupakan salah satu kesalahan yang sangat umum ditemukan.
  2. ^ a b c d Tidak semua akhiran -ty dalam bahasa Inggris dialih-bahasakan menjadi -tas walaupun tak dimungkiri bahwa mayoritasnya demikian, dalam hal ini berlaku kata-kata seperti sekuriti dan komoditi yang menggunakan sistem kedua (-ti bukan -tas), hal yang sama berlaku pada kata properti (bukan propertas). Kata-kata lainnya misalnya kuantitas memang menggunakan penerjemahan -tas. Lihat Wikipedia:Pedoman penyerapan istilah.
  3. ^ Maaf saya ganti lagi kata komoditi menjadi komoditas, karena menurut KBBI, kata yang baku adalah komoditas, bukan komoditi
  4. ^ Lihat bagian diskusi halaman ini
  5. ^ Walaupun “Prancis” lebih dianjurkan, Wikipedia bahasa Indonesia menggunakan ejaan “Perancissesuai konsensus.
  6. ^ Kata standardisasi memang dieja tanpa mengesampingkan huruf d antara standar dan -isasi, seperti halnya di kata implemen yang menjadi implementasi.

Flash Fiction apa itu?

Flash fiction adalah karya fiksi yang sangat singkat, bahkan lebih ringkas daripada cerita pendek. Walaupun tidak ada ukuran jelas tentang berapa ukuran maksimal sebuah flash fiction, umumnya karya ini lebih pendek dari 1000 atau 2000 kata. Rata-rata flash fiction memiliki antara 250 dan 1000 kata. (Sebagai perbandingan, ukuran cerita pendek berkisar antara 2.000 dan 20.000 kata. Rata-rata panjangnya antara 3.000 dan 10.000 kata.)

Beberapa karya di Indonesia sudah menyebut flash fiction dengan beberapa nama[rujukan?]. Graffiti Imaji terbitan Yayasan Multimedia Sastra, sebagai contoh, adalah antologi “cerpen pendek”. Flash! Flash! Flash! terbitan Gradien menyebut dirinya sebagai kumpulan “cerita sekilas”. Sejumlah sastrawan juga menyebutnya sebagai “cerita mini”, disingkat “cermin”. Semua ini mengacu pada rupa flash fiction yang sepertinya dirancang untuk dibaca sekaligus.

Keterbatasan jumlah kata flash fiction sendiri sering kali memaksa beberapa elemen kisah (protagonis, konflik, tantangan, dan resolusi) untuk muncul tanpa tersurat; cukup hanya disiratkan dalam cerita. Secara ekstrem, prinsip ini dicontohkan oleh Ernest Hemingway dalam cerita enam katanya, “Dijual: sepatu bayi, belum pernah dipakai.”[1]

Satu jenis flash fiction menggunakan jumlah kata yang spesifik. Contohnya cerita lima puluh lima kata atau cerita seratus kata.

(by: wikipedia)

Tambahan:

Biasanya ditulis tidak menggunakan tanda pemisah jarak dan waktu seperti tanda: ***

Inilah salah satu contoh FF (Flash Fiction) buatan perdana Betty Permana S yang diikutkan dalam even AKUR UNSA tapi gagal karena lewat Deadline-nya,hehe. Tapisemoga menghibur.

Nasib Ali

Sejak malam, Ali tak bisa tidur nyenyak. Di bawah remang rembulan. Matanya terus saja memantau sosok yang begitu ia cintai. Doli.  Ya, si Doli putih yang cantik dan gemuk.  Ia dan Doli sudah berteman sejak kecil. Mereka sering bermain di padang hijau. Terkadang berpetualang sebelum mentari tenggelam. Dan kini mereka saling mencintai. Akan tetapi seseorang akan memisahkan mereka. SELAMANYA. Terlihat bias mata Doli yang syarat kesedihan. Mereka sama-sama tidak mau kehilangan.

Hari ini, Pak Jali tersenyum lebar. Kambing yang ia jual, laris manis dibeli. Maklum, sebentar lagi ada hari besar umat Islam. Tak lain, adalah hari raya Idul Adha.

“ Alhamdulillaah, bisa naik haji aku!” ucap Pak Jali seraya berkipas dengan lembaran uang. Seketika ada kambing yang mengamuk. Kambing itu menyeruduk apa saja yang ada di dalam. Tak tertinggal, kambing itu mengembik seru sekali.

“ Hei, wedhus, gak bisa liat aku senang sebentar. Kenapa Kau berulah seperti itu.?” Ucap Pak Jali. Kambing itu tetap saja begitu. Seolah-olah ia ingin merubuhkan kandang.

“ Mbeeek-mbeeekk…!”

“ Ali, ono opo? Kamu mau  dijadikan kambing kurban?”

“Mbeeek-mbeeek!”

“ Lebih baik aku jadi kambing Qurban dari pada harus putus cinta dengan Doli!” Pekik Kambing bernama Ali. Tapi sayang, Pak Jali tak mengerti.

Oleh: Betty (pas 200kata)