Aleppo – Suriah

aleppo fadlina
Laksana tumpeng dihidang di tengah kerumunan yang lapar sampai kenyang
Mereka beringas seperti binatang buas
Semua bom dijatuhkan tanpa was-was
Suriah,nasibmu yang naas
Berkumandang perang mengganas
Perempuan renta,anak-anak dan balita dilibas
Mereka membunuh tak pernah puas
Seperti “jaran kepang” yang lepas landas
Memakan rakus gudang beras
Mereka membagi ruang ber ras-ras
Karena disana ada tambang minyak dan gas
Anyir darah dan hangus tentang pegas
Dunia tersenyum atas kematian kuntum
Tangisan bayi ringan di kulum
Suriah yang kelam
Dukamu teramat dalam
Tidak ada pilihan kecuali pasrah
Karena mereka bukan lawan tandingmu
Bersandarlah pada Allah Tuhanmu
Karena Tuhanmu menunggu do’a-do’amu
Bermunajadlah Suriah diakhir malam
Agar Tuhanmu menghadirkan kembali nasib baikmu
Amiin Ya Raabb…
Goresan Pena : Fadlina Athfin (AB5)
#FLPCAREALEPPO
#SAVESURIAH
#Aleppo
 Yuk berikan sebagian rejeki kita untuk krisis kemanusiaan di Aleppo-Suriah melalui FLP Metro! Bisa datang Minggu 8 Mei 2016 di seputaran Masjid Taqwa dan Taman Kota atau hub. 085768 0948 50 /  0896 5080 4664
 Sila Share..

ALEPPO BERDUKA, SYEIKH AL QORDHOWI IMBAU UMAT ISLAM BANTU RAKYAT SURIAH

flp aleppo

Melalui pesan suara yang diunggah di akun Twitter resmi miliknya @alqaradawy, Sabtu (30/04), Syaikh Yusuf Al-Qardhawi menyeru kepada kaum muslimin di seluruh dunia agar segera memberi pertolongan kepada rakyat Suriah menghadapi bombardir dari Rezim Bashar Assad dan sekutunya.

“Sangat tidak masuk akal, apabila kita membiarkan saudara kita dalam keadaaan lemah di Suriah yang tenggelam dalam situasi yang menyedihkan,” ungkap Ketua Persatuan Ulama Muslim Dunia (IUMS) tersebut.

Aleppo terus dihujani roket Rezim dan sekutunya dari udara. Ratusan korban jiwa dari kalangan sipil berjatuhan. Berbagai macam aksi solidaritas Aleppo baik di dunia nyata maupun maya terus mengalir dari masyarakat dunia, mengecam dan mendesak Rezim untuk menghentikan serangannya.

Berkenaan tentang itu, Syaikh Al-Qardhawi menekankan pentingnya kaum muslimin menyelamatkan saudaranya sesama muslim. Ia menegaskan haramnya bersikap acuh tak acuh terhadap orang yang membutuhkan pertolongan saudaranya.

Bersama FLP, kita pernah menggalang serempak bantuan untuk Palestina dan Rohingya. Kali ini, atas nama kemanusiaan dan persaudaraan, mari berbuat untuk Suriah.

 

In syaa Allah FLP  Metro menggalang dana di seputar taman kota Metro bagi yang berminat silakan hadir hari Minggu sore 8 Mei 2016.

Salurkan infak terbaik Anda kepada rakyat Suriah lewat
FLP Peduli Ummat. Dana bisa ditransfer ke no rek.
Bank Syariah Mandiri 703.310.1858
a.n. FORUM LINGKAR PENA.
Konfirmasi melalui SMS ke 08128747415

SEMARAK 10TH MILAD FLP METRO-LAMPUNG

img1461042529698

Supported by
DPU DT METRO
HITS UP CHARITY
JEJAMO.COM

MINGGU, 17 April 2016 merupakan hari istimewa FLP Metro, karena genap sudah FLP berdiri selama 10TH sebagai gerak literasi Indonesia yang memiliki jargon BERBAKTI, BERKARYA, DAN BERARTI.

Meskipun sebuah organisasi dakwah yang memiliki spesialisasi di bidang kepenulisan, FLP Metro juga tetap memberi kan warna tersendiri dalam dunia literasi.

Pada puncak acara Semarak 10th Milad FLP Metro, FLP menggaet beberapa orang baik anak sekolah, Lembaga Amal, dan komunitas sosial untuk memberikan sebagian rejeki kepada anak yatim di sebuah panti, di desa Jati Agung, sebuah desa yang dihiasi pemandangan asri perkebunan karet saat mengunjunginya.

Sebelum penyerahan bakti sosial, tentunya tidak afdhol jika tidak ada ceremonial agenda.

Agenda yang dimulai dengan pembukaan, sambutan oleh ketua FLP Metro dan juga Ketua Yayasan Panti Asuhan. Mendapatkan sambutan yang baik dan hangat. Beliau berkata bahwa FLP merupakan “orang” pertama dari wilayah Metro yang berkunjung di panti asuhan Thoriqul Jannah.

Setelah Open Ceremonial, beberapa rangkaian acara satu persatu disuguhkan. Dongeng oleh kak Rian Efendi, salah satu pengurus Flp mengawali rangkaian milad Flp. Anak-anak tampak antusias mwndengarkan “Cerita Si Soleh” dengan boneka tangan lucunya.

Setelah itu, pembagian door prize bagi yang memiliki beberapa hafalan qur’an dan yang hafal nama beberapa nabi-nabi.

Jelang siang, melaksanakan solat dzuhur di mushola yang masih satu yayasan panti Thoriqul Jannah. Setelah itu acara kembali di gelar, lomba mewarnai dan juga lomba menulis.

Selain itu pemotongan tumpeng sebagai bentuk rasa syukur FLP Metro yang telah 10 tahun mencoba memberi napas baru dalam literasi Indonesia khususnya di Metro.

Penampilan nasyid oleh NEO ARAI membawakan beberapa lagu yang mengiringi mereka makan bersama.

Sebagai bagian dari karya sastra dan pesan dalam sastra, musikalisasi puisi juga turut memeriahkan acara 10th Milad FLP Metro yang di bawakan oleh anggota baru angkatan 5 dan pengurus.

Penutup, penyerahan hadiah lomba mewarnai dan menulis juga penyerahan donasi berupa pakaian, boneka, dan sejumlah uang.

Dalam kesempatan itu, FLP Metro menggaet penulis sekelas S. Gegge Mapangewa yang merupakan penulis yang mendapatkan 10 penghargaan kepenulisan tingkat nasional, Naqiyyah Syam yang juga penulis beberapa buku dan juga pernah muat ide kreatifnya dalam bentuk film animasi di salah satu TV swasta, dan Suwanda penulis muda yang tulisannya dimuat di koran lokal sebagai juri lomba menulis dongeng.

 

Misinah

Ukiran Tinta : Tinta Tumpah_Sedamai

7035df644a533e4f30bba7379302f075

Cukuplah memperjuangkan apa yang diyakini kebenarannya, sebagai petarung!
***
Siapa bilang, petarung hanya milik Buya Raden Intan dan Imba? Sosok pahlawan asal tanoh ladow yang bertarung melawan VOC, Belanda di tahun 1825-1860. Kita semua adalah petarung, bahkan jauh sebelum kita lahir dan menjejakkan diri di mayapada ini. Berjuta-juta sel bakal calon janin berebut untuk menjadi manusia, dan hanya satu sel terkuatlah yang memenangkan pencalonan tersebut. Jadi, pantaslah jika kita memang berpunya jiwa petarung. Terlebih untuk sebuah cita-cita mulia; menjadi seorang guru.
1979

Tersebutlah, di sebuah desa bernama Banjarrejo. Di kejauhan berkilo-kilo dari gunung anak krakatau. Sebuah gunung, yang memiliki legenda tak sembarang legenda. Pada mulanya Pulau Krakatau besar yang biasa disebut dengan nama Gunung Krakatau adalah sebuah Gunung Krakatau purba yang memiliki ketinggian sekitar 2000 mdpl dengan lingkaran pantainya sekitar 11 km dan radius sekitar 9 km2.

Namun ledakan dahsyat yang terjadi sekitar 416 M ini telah menghancurkan tiga perempat tubuh gunung tersebut dan menyisakan tiga pulau besar, yaitu Pulau Sertung, Pulau Rakata, dan Pulau Panjang, serta sebuah kaldera di tengah ketiga pulau tersebut. Sebelum tahun 1883 muncullah dua buah gugusan gunung yang bernama Gunung Danan dan Gunung Perbuatan yang kemudian lama-kelamaan bersatu dengan Pulau Rakata dan biasa disebut dengan Gunung Krakatau saja.

Pada tahun 1880, yang disebut masa strombolian, aktivitas vulkanis berlangsung selama beberapa bulan, dan Gunung Perbuatan aktif mengeluarkan lava. Setelah periode itu, tidak ada aktivitas vulkanis hingga akhirnya muncul tanda akan adanya letusan pada bulan Mei 1883.

Lalu pada tanggal 27 Agustus 1883 Gunung Krakatau meletus. Menurut catatan sejarah yang hingga kini selalu dipromosikan jajaran pariwisata Lampung, Gunung Krakatau meletus sangat dahsyat, menggemparkan dunia. Semburan lahar dan abunya mencapai ketinggian 80 km. Sementara abunya mengelilingi bumi selama beberapa tahun. Dilihat dari Amerika Utara dan Eropa, saat itu cahaya matahari tampak berwarna biru dan bulan tampak jingga (oranye).

Letusan gunung ini menghasilkan debu hebat yang mampu menembus jarak hingga 90 km. Letusan itu pun berdampak terjadinya gelombang laut sampai 40 m vertikal dan telah memakan korban sekitar 36.000 jiwa pada 165 desa baik di Lampung Selatan ataupun pada barat Jawa Barat. Dan karena letusannya itu telah melenyapkan Gunung Danan dan Perbuatan dari muka bumi dan menyisakan tiga pulau yaitu Pulau Panjang, Pulau Sertung, dan Pulau Rakata besar, serta sebuah kaldera yang terletak di tengah ketiga pulau tersebut yang berdiameter 7 km.

Empat puluh tahun kemudian lahir keajaiban baru. Sekitar tahun 1927 para nelayan yang tengah melaut di Selat Sunda tiba-tiba terkejut. Kepulan asap hitam di permukaan laut menyembul seketika di antara tiga pulau yang ada, yaitu di kaldera bekas letusan sebelumnya yang dahsyat itu. Kemudian pada tanggal 29 desember 1929 sebuah dinding kawah muncul ke permukaan laut yang juga sebagai sumber erupsi. Hanya dua tahun setelah misteri kepulan asap di laut itu, kemudian muncullah benda aneh. “Wajah” asli benda aneh itu makin hari makin jelas dan ternyata itulah yang belakangan disebut Gunung Anak Krakatau.

Tapi misteri Gunung Anak Krakatau tidak sampai di situ. Gunung ini memiliki keunikan tersendiri, sebab gunung ini selalu menambahkan ketinggiannya sekitar satu senti tiap harinya. Gunung Anak Krakatau yang semula hanya beberapa meter saja, sekarang sudah dapat mencapai 230 mdpl dan sejak munculnya pada tahun 1927. Gunung ini tercatat telah meletus sekitar 16 kali sejak Desember 1927 sampai Agustus 1930 dan 43 kali sejak 1931-1960 dan 13 kali sejak 1961-tahun 2000.

Di sebuah desa bernapas Jawa, tinggalah keluarga sederhana. Keluarga itu terdiri dari suami, istri, dan ketiga anak yang kesemuanya adalah perempuan. Pada masa itu, seperti banyak ditemukan di pelosok-pelosok. Perempuan hanyalah seonggok manusia yang selalu terikat dengan urusan 3R. Sumur, dapur, dan kasur. Tahun itu memang masih terselimuti tudung penjajah yang menggilas wanita, seperti sesuatu yang tak begitu berharga.

Salah satu dari ketiga putri keluarga sederhana itu, dan mungkin hanya dialah yang paling nyeleneh diantara penduduk sana. Dialah, yang bercita-cita untuk sekolah dan melanjutkan sampai ke perguruan tinggi. Ia ingin sekali menjadi guru. Misinah namanya. Nama yang sederhana, sesederhana kehidupan keluargaanya. Ia seorang anak dari keluarga Jawa yang turut bertransmigrasi ke tanoh ladow. Bapaknya hanya seorang petani buta huruf, yang selalu terpanggang sinaran teja. Sedang, ibunya, hanyalah seorang ibu rumah tangga yang setia menemani si suami pergi mengani-ani padi di sawah. Namun, ibunya selalu berpesan padanya,”Nak, meski orangtuamu buta huruf, cita-cita tak boleh hanya sekedar hidup dan bisa makan! Kucing pun tahu hal itu! Masalahnya, kamu itu manusia!”

“Tapi, aku anake wong ora nduwe, buk’e. Aku hanya seorang wanita.” ucap Mis suatu hari.

“Kalau wanita, memangnya kenapa?”

“Menikah saja sepertinya sudah cukup. Ndak perlu tinggi-tinggi. Ujung-ujungnya nanti ngurusi dapur.”

Lewat remang malam yang dikerlipi gemintang. Cahaya langit saat itu sangat benderang, dengan dewi malam yang sempurna bercahaya. Tiada tertandingi cahayanya, dengan suatu apapun. Rumah-rumah penduduk saat itu hanya dicerahi lampu ublik yang asapnya hitam mengepul, menyesapi sawang-sawang di langit-langit bambu.
Ibunya tersenyum. Senyum ibunya, bak senyum rembulan yang purnama. Nyala cahaya pada senyuman ibunya lebih menerangi hatinya.

“Nak, bercita-citalah setinggi langit! Walau kita miskin, kau harus punya cita-cita. Karena dialah satu-satunya harta berharga kita. Bukannya, dulu kamu pernah bilang tho, mau jadi guru. Katamu, guru itu seperti malaikat Jibril yang mendatangi Rosul dan mengajari Rosul berbagai hal dengan IlmuNya. Kamu pengen tho jadi malaikat, meski tak bersayap?”

“Inggih Buk’e. Mis, pengen banget jadi guru. Beratusan tahun kita dijajah Londo. Kita sangat tertinggal dengan negara-negara luar. Mis, pengen ngajari orang-orang supaya bisa baca tulis. Biar mereka setidaknya tidak mudah dibodohi. Mis juga, pengen … ibu sama bapak, bisa … membaca.” ucap Mis berat.

“Tapi ….” Mis jadi putus asa. Ia teringat senyum kecut para tetangga yang sering mencibirnya ketika berangkat atau pulang dari sekolah.
Mis hanya bisa mendesah. Semoga desahannya didengarkan bayu. Disampaikan kepada orang-orang yang sering menganggapnya, percuma seorang wanita bercita-cita tinggi.
1982

“Mau ke mana, Mis?” ucap Kiyah saat berpapasan di jalan. Jalanan saat itu masih berupa tanah dan batu. Jika hujan tiba, maka tanah kemerahan akan menjadi lembek dan lengket dinjak. Menempel di alas sepatu atau sandal. Transportasi saat itu masihlah jarang, motor di daerahnya hanya beberapa saja, apalagi berupa mobil. Ada kereta sapi, karena yang menarik kereta tersebut adalah sapi. Atau lebih tepatnya gerobak sapi. Karena hanya sebuah papan-papan yang di desain untuk mengangkut barang. Sepeda bisa dihitung dengan buku-buku jari. Hari masih redup, suasana masih pekat dan gelap meski sudah pukul 06.15 Wib. Ia bertemu kawan SD-nya yang sedang membantu mendorong gerobak bapaknya menuju ke sawah.

“Mau kemana, Mis? Sudah rapi benar sepagi ini.”

“Alhamdulillaah, aku masuk kuliah. Hari ini mau ke kampus.”

“Kampus? Tempat apa itu, Mis?”

“Tempat kuliah. Aku mau jadi guru, Yah!” Mis sumringah.

“Haduh Mis, Mis, buat apa kamu sekolah terus? Bapakmu itu cuma wong cilik. Mending kamu bantu ibumu ke pasar, jualin hasil tani bapakmu.”

“Saya ini juga sedang membantu orang tua, Yah.”

“Bantu apa maksud kamu?”

“Sekolah.”

Kiyah tersenyum kecut.

“Jangan sampai, sampeyan jadi perawan tua, Mis. Lihat teman-teman kita sudah menikah. Akupun sudah dilamar Wardi. Sedang sampeyan, entahlah ….” Kiyah menggelengkan kepala.

Lalu Mis mencoba tersenyum, dan bersegera menapakkan kakinya mendahului mereka. Setiap hari Mis dan beberapa yang lain berjalan kaki menuju tempat perkuliahannya. Dalam perjalanan menuju tempat perkuliahan, kebanyakan orang-orang yang berjalan bersama Mis, adalah kaum laki-laki. Hanya tiga orang perempuan saja yang terlihat. Di sana, ada anak tani yang kaya raya. Ia sudah memiliki motor. Motor buatan 1980an, berjenis Honda. Di masa itu, motor seperti itu sudah amatlah mentereng.

“Bareng saya, Mis?”

“Ndak usah.” ucap Mis lembut dengan sebuah simpul senyum. Lelaki itu pun kemudian menaiki motornya dengan perlahan mengikut di belakang rombongan, dengan kepulan asap motor.

Malamnya, Mis pergi ke surau saat bedug maghrib mulai dipukul. Ia dan beberapa orang pergi ke surau dengan mengikat daun kelapa kering, lalu memberinya api. Terkadang jika malam tiba, mereka juga sering mendengar ada cerita-cerita tempat angker. Seperti sebuah lahan yang akan mereka lewati. Di sana ada sebuah pohon sirsak. Desas-desusnya, ada lelaki gila dan tak berbaju sempurna, tiba-tiba muncul di pohon itu, dan mengejar pejalan kaki yang melintas. Saat mendekati lahan itu, mereka berbisik-bisik, menyebut asma Allah agar tenang. Tapi, mereka masih merasa ngeri. Lalu mereka tanpa dikomando, berlarian secepat kilat menuju surau sesegera mungkin. Dengan napas tersengal, mereka mencoba berlarian sekuat tenaga, belum lagi obor dari daun kelapa habis sebelum tiba ke surau. Mereka sebenarnya membawa dua. Namun, yang satu untuk mereka pulang. Biasanya mereka hanya menghidupkan beberapa saja, yang lain hanya menumpang. Namun, karena mereka ketakutan, mereka semua menghabiskan obor mereka. Sehingga tak ada persediaan obor untuk ke surau.

“Tamatlah kita ini, malam-malam begini ….” ucap Jum, teman satu kampung dari Sleman, Yogyakarta yang turut pindah ke Lampung.

“Ssst, diamlah. Coba tenanglah. Meski kita merasakan kegelapan, tapi remang-remang cahaya rembulan mulai nampak menyinari. Dunia tak segelap yang kita bayangkan, selalu, masih ada cahaya yang menyinari. Marilah kita melangkah! “ ucap Mis kemudian.

Kemudian, merekapun ikut melangkah seraya mengucap basmallah.

“Aku melihat gemintang di langit sana!”

“Subhanallah, indahnya. Bintang itu ibarat sebuah impian kita. Membuat hati menjadi cerah dan bersemangat. Aku melihat diriku di langit sana, tersenyum, telah diwisuda menjadi seorang guru.” ucap Mis.

“Benar, Mis. Aku juga melihat diriku, tengah mengembangkan senyuman, menjadi seorang insinyur muda. Dari keluarga pengampas kelapa.” ucap Jum. Merekapun tersenyum melihat bintang impian mereka masing-masing.

Teruntuk inspirator tulisanku, ibuku sendiri.
Lampung, 09/09/2013

FLP METRO OPEN RECRUITMENT 2015!!

PAMFLET FLP15

kAMU SUKA NULIS?? yUK GABUNG DI FORUM LINGKAR PENA METRO!

SYARATNYA:

sIAPA AJA BOLEH KOK, YANG SEKOLAH, MAHASISWA, KERJA, NGGAK KERJA

  1. MIN. USIA 13 TAHUN
  2. REGISTRASI RP. 10.000
  3. PAS POTO 3X2 1 LEMBAR BERWARNA
  4. MENULIS SALAH SATU KARYA; CERPEN, ARTIKEL, PUISI, OPINI, KOMIK
  5. POTO KOPI IDENTITAS DIRI
  6. MASUKKAN SEMUA BERKAS KE AMPLOP COKLAT DAN SERAHKAN KE PANITIA (BISA HUB. CP)
  7. MENGISI FORMULIR (BISA DIUNDUH DI BAWAH INI)

INFO LENGKAP : 085789928444 (AHSYA)

08566 990 44 06 (BETTY)

formulir pendaftaran flp

Kunjungan FLP Bandar Lampung ke Rumah Cahaya FLP Metro

k8Selasa, 14 Januari 2014. Rumah CAHAYA FLP Metro, kedatangan tetamu dari FLP cab. Bandar Lampung. Ada Kak Tri Sujarwo, selaku ketua, Kak Rudy selaku kadiv. Humas, dan beberapa anggota, ada saudara Ahmad Tarnudzy (AB3 FLP Metro yang tranfers ke Bandar Lampung), Mba Rinta Wulandari, Mba Thika Urba, dan Kak Adit. Mereka datang dengan motor dan beberapa naik bus. Ini kali pertama agenda silaturahmi FLP Balam aka Bandar Lampung. Sebelumnya FLP Metro juga kedatangan tamu DP FLP Kalimantan Barat. Alhamdulillah, banyak yang berkunjung.

Acara ini juga dihadiri oleh ketua cabang FLP Metro; Annissa Permata Sari aka Permata Siregar aka Ica. Dan beberapa anggota seperti Mba Suniah Kadiv. Kaderisasi, Mba Riana Utami partner kaderisasi, Sedamai Lazuardi Kadiv. Penerbitan, DP FLP Kak Suwanda dan Kak Adri, Humas Kak Dwiyan Nuansa dan seorang calon AB4.

Acara pertama perkenalan dan menceritakan kegiatan-kegiatan antar FLP.

k9

Lalu kami membicarakan agenda kunjungan ke media-media yang ada di pulau Jawa. Setelah itu acara berlanjut dengan foto dukung jilbab untuk muslimah Bali.

k5

k4

Selain itu acara semakin semarak dengan adanya lomba cipta puisi antar anggota.

k12

Alhamdulillah, Mba Suniah mendapatkan sekotak hadiah yang diindikasi berisi tablet :D. Hm, tapi sepertinya bukan, hehe. Setelah itu penyerahan hadiah untuk pemenang, dan juga bingkisan dari FLP Balam berupa buku-buku.

k16

Alhamdulillah, menambah koleksi buku Rumcay. Setelah itu tak lupa kami mengabadikan acara silaturahmi, dan menemani teman-teman ke taman kota dengan Tugu Metrem barunya.

meto n balam flp

flp balam

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Selain itu, kilasan beritanya bisa dilihat di http://sosbud.kompasiana.com/2014/01/14/silaturahim-hangat-ke-flp-metro-627852.html
hasil tulisan Mba Rinta Wulandari.
Sekian 🙂

Munas 3 FLP di Bali

Foto-0022Munas 3 FLP (Forum Lingkar Pena) di Bali, 29 Agustus 2013 sampai 1 September 2013.

Beberapa waktu lalu, Forum Lingkar Pena mengadakan perhelatan musyawarah nasional yang diikuti berbagai wilayah dan cabang.  Mulai dari berbagai wilayah di Indonesia sampai mancanegara, kali ini perwakilan hanya dua; FLP Saudi, dan Hongkong.

Acara yang dihadiri beberapa tokoh seperti Staf Ahli Menkominfo Mabruri, Ir Harry Aviadi Achmad, MM (GM Government & Edication) Telkom Indonesia, Oka Rusmini (sastrawan Bali) dan Habiburrahman  El Shirazy penulis novel Ayat-ayat Cinta. Selain itu, masih banyak para penulis lainnya tumpah ruah di sini, sampai susah sekali menyebutkan semuanya dan judul buku mereka.

Tak tertinggal, Bunda Helvy Tiana Rosa yang menggaung dengan buku “Ketika Mas Gagah Pergi” sebagai pelopor FLP, turut hadir dengan baju khasnya yang berwarna ungu.

 

Ada pun penulis-penulis yang sudah lebih dulu terdengar seperti Sinta Yudisia, yang terpilih menjadi ketua FLP Pusat. Afifah Afra, yang novelnya salah satu berjudul De Liefde, Muhammad Irfan Hidayatullah, Maimon Herawati, Izzatul Jannah, Gola Gong, Benny Arnas, Rahmadanti, Azzura Dayana, Gege Mapangewa, dan masih banyak lagi.

Acara diadakan di Hotel Grand Villas, Jl Dewi Sartika, Tuban, Bali. Namun pembukaan dan seminar “Quo vadis Penulis Era Digital” dilangsungkan di hotel Grand Shanti, sekira satu jam dari hotel sebelumnya dengan naik bus.

Mengutip berita di http://www.munasflp.com: Seminar ini sengaja dipersiapkan untuk memberikan pencerahan kepada penulis, khususnya anggota FLP agar siap menyongsong karir kepenulisan di era digital.  Tujuannya, selain penulis bisa menulis melalui media teks (buku, koran, majalah) kelak juga turut aktif mewarnai karya dengan menjadi penulis karya bahan siaran “untuk ditonton”. Sehingga penulis bisa ikut berkecimpung dalam dunia kepenulisan pertelevisian maupun perfilman. Begitu juga menulis untuk  konsumsi digital, salah satunya melalu penerbitan karya buku elektronik (e-book). FLP sendiri telah menjalankan model bisnis serupa melalui kerjasama dengan Toko Buku Digital QBaca.com Telkom.

Selain acara tersebut, juga digelar event “Travel Writing” yang diselenggarakan di Pantai Jerman, Bali. Dengan topik #SuaraPenulisUntukIndonesia, peserta beramai-ramai menulis melalui media sosial (Twitter) sambil me-mention akun twitter Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (@SBYudhoyono). Peserta menulis tentang keluh kesah, harapan, solusi dan segala hal yang terkait dengan dunia kepenulisan dan perbukuan di tanah air.

FLP Metro sendiri mengirimkan tiga personil, ditambah satu FLP wilayah Lampung, satu FLP cabang Bandar Lampung, dan cabang Lampung Timur. Sebagai informasi, FLP Metro masuk tiga besar FLP cabang terpuji dari berbagai cabang FLP sedunia. Ini seharusnya menjadikan kita lebih bersemangat lagi, semoga.

Tak ketinggalan, dua personil FLP Metro mendapatkan doorprize berupa buku dari FLP Hongkong dan Ketua FLP Sinta Yudisia. Tak ketinggalan FLP Saudi dan Kalimantan memberikan buku gratis kepada peserta munas.

Baca juga seputar FLP di http://www.munasflp.com

 

Kenang-kenangan semangat.

delegasi lampung

Delegasi dari 3 FLP Lampung. Flp Wil. Lampung Timur, Flp Wil. Lampung, Flp cabang Metro, dan cabang Bandar Lampung.

Foto0814

 


 

Delegasi Munas 3 FLP Metro, dari kanan: Annissa Permata Sari (Ketua FLP Metro), Betty Permana Sani (Sedamailazuardi)-kadiv. Penerbitan, Eka Susi Wahyuni (Staf Penerbitan).

Foto0920

Bersama mba Afifah Afra penulis beberapa novel, seperti De Liefde, Da Conspiracao, De Winst, Bulan Mati di Javasche Oranje.

Foto0840

Bersama mba Dieny Megawati, perwakilan FLP Hongkong, dan doorprize dari beliau.

Foto0851

Kang Abik penulis yang famous Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Dalam Mihrab Cinta, Cinta Suci Zahrana.

Foto0906

Suasana di Pantai Jerman Bali, sunrise.

Foto0739

Check in Hotel Green Villas, jl. Dewi Sartika, dekat Ngurah Rai.

flp6

Di depan hotel Grand Shanti, saat akan pembukaan. Beberapa jajaran penulis ada Gola Gong juga, Flp Palembang, Kang Abik, Flp Wil. Lampung, cabang Bandar Lampung, dan lainnya.

flpmun2

FLP peduli Mesir, foto di ambil di pantai Jerman.

flpmun8

FLP peduli Mesir, saat closing di Green Villas Hotel n Spa, Bali.

Foto-0026

Stadium General, Di depan ada dari perwakilan Staf Ahli Menkominfo Mabruri, Ir Harry Aviadi Achmad, MM (GM Government & Edication) Telkom Indonesia, Oka Rusmini (sastrawan Bali) dan Habiburrahman  El Shirazy penulis novel Ayat-ayat Cinta. Setelah dibuka oleh dua tarian Bali dan Pak Gubernur Bali.

munas - Copy

Bersama FLP Bali, dan Cabang Bandar Lampung.

Foto0989

Bersama Kak Ody aka Cholidi Asadil Alam, pemeran Khairul Azzam KCB.

Foto0788

Bersama FLP Makassar, Teh Maimon Herawati dengan novel Serial Pinkannya, dan masih banyak karya beliau.

Foto0762

Tari-tarian Bali.

flp3

Tarian Bali yang menadakan kepahlawanan.

Foto0794

Bersama mba Ije, Setiawati Intan Savitri.

Foto0626

Nyebrang, on the selat Sunda.

Foto0727

Tiba di Ngurah Rai, Bali.

Foto0823 Foto0956 Foto0937 Foto0924 Foto0743 Foto0747 Foto-0029

Banyak sekali penulis-penulis yang ditemui, dan bisa banyak sekali jika ditamplkan semua. Namun, semoga oleh-oleh ini dapat menginspirasi untuk lebih baik. Untuk semoga tetap semangat di FLP, Berbakti Berkarya, dan Berarti. Aamiin. Untuk semua 🙂